Kamis, 14 Juli 2011

Dua Kampung di Kaki Lokon Dikosongkan Berpotensi Meletus Lebih Besar

Rabu, 13 Juli 2011 , 11:17:00
Dua Kampung di Kaki Lokon Dikosongkan
Berpotensi Meletus Lebih Besar


MENGUNGSI: Sejumlah warga di Kelurahan Kinilow Lingkungan 1 Kecamatan Tomohon Utara, memikul kasur saat hendak dievakuasi ke Smaker Tomohon. Foto kiri atas nampak anak-anak di lokasi pengungsian, sementara foto lainnya terlihat TNI AD yang ikut membantu evakuasi. (Markus Budiman/Manado Post)
TOMOHON— Ribuan warga yang tersebar di Kelurahan Kinilow, Kinilow I dan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara, harus dievakuasi di SMA/SMK Kristen GMIM yang berada di belakang Kantor Sinode GMIM, Selasa (12/7), kemarin.

Evakuasi yang dilakukan Pemkot, Polda dan tim SAR dimulai serentak di Kelurahan Kinilow dan Kinilow I sekira pukul 14:30 Wita. Warga mulai dari anak-anak, orang tua hingga kaum lanjut usia berkumpul di kantor lurah setempat dengan membawa perlengkapan seadanya, seperti pakaian dan peralatan masak yang diangkut truk bus dari Polda, Polres, Dinas Pekerjaan Umum hingga Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Tomohon. “Sudah banyak yang mengungsi,” ungkap Lurah Kinilow I, Joris Polii SE.

Polii juga menegaskan, semua warga harus diungsikan dan tidak ada yang kebal untuk dievakuasi. Sebab itu, imbau Polii, masyarakat tetap tenang dan jangan panik dengan isu-isu menyesatkan. “Bagi rumah warga yang ditinggalkan tidak perlu khawatir karena ada anggota Linmas turut berjaga-jaga,” tegasnya .

Lurah Kinilow Hermanus Watung mengungkapkan, ada sekira 14 anggota Linmas dan tujuh Tagana yang stand by melakukan siskamling. Untuk itu, warga yang meninggalkan alat-alat elektronik tidak perlu khawatir karena Hansip yang bekerjasama dengan Polres Tomohon melakukan penjagaan ketat.

“Akan dilakukan jaga malam secara menyeluruh. Sampai siang menjelang sore sudah ada sekira 300-an warga Kinilow yang dievakuasi, terlebih khusus di kompleks Patar” tambahnya.

Lurah Kakaskasen 1 Emma Polii menambahkan, pihaknya sudah mendata ada 300-an warga yang dievakuasi hingga sore kemarin. Pendataan masih terus dilakukan secara intensif mengingat masih banyak warga yang akan dievakuasi. “Ada warga yang sudah mengungsi sebelum didata,” jelasnya.

Plt WaliKota Tomohon Jimmy Feidie Eman SE Ak sendiri meminta warga yang dievakuasi untuk tetap tenang namun waspada. Diungkapkannya, sudah ada sekira 1000 orang atau 390 kepala keluarga yang diungsikan. ”Berdasarkan laporan yang dihimpun dari kelurahan, kurang lebih 1000 orang sudah evakuasi,” terangnya.

Sementara itu, pemukiman penduduk di seputaran Gunung Lokon mulai ditinggal penghuninya. Kelurahan Kinilow, Kinilow I bak desa hantu karena berubah sepi ketika sejumlah penghuni beramai-ramai meninggalkan kediaman mereka.

Ketakutan akan terjangan debu vulkanik Gunung Lokon menjadi alasan warga memilih 'kabur' ke tempat yang aman. ''Kami takut kejadian 1991 lalu terulang disini. Saat itu, letusan Lokon datang tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Pemukiman di tempat ini ditutupi abu vulkanik.

Bahkan, warga yang tidak sempat bersembunyi memilih selokan untuk berlindung. Namun, hantaman abu tetap dirasakan,” ungkap Boy Manopo, kepala lingkungan II Desa Kinilow.

“Terlambat sedikit saja, banyak korban jiwa yang akan berjatuhan. Karena situasi saat itu meski siang hari, langsung berubah menjadi gelap akibat abu Lokon,'' sambung Manopo.

Menurutnya, sejak peristiwa itu letusan Lokon beberapa kali terjadi namun tidak separah kejadian 1991 itu. Saat ini, kata Manopo jumlah penduduk di lingkungannya mencapai 302 jiwa.

Sebagiannya saat ini sudah menuju lokasi pengungsian di SMA Kristen dan SMK Kristen Tomohon. ''Ada beberapa warga yang berjaga-jaga disini karena mengingat hampir sebagian besar rumah sudah kosong. Takut dimanfaatkan oknum tertentu melakukan pencurian. Namun, tentunya kami terus melakukan antisipasi,'' ujarnya.

Pantauan harian ini, di Desa Kinilow dan Kinilow 1, sejumlah truk lalu-lalang mengangkut sejumlah warga menuju lokasi pengungsian. Karena pernafasan sedikit mengalami gangguan debu, sejumlah warga terlihat menggunakan masker yang diberikan PMI Tomohon.

Sayangnya, masih banyak juga warga bahkan anak-anak yang tidak menyadari kondisi itu. ''Saya merasa takut dengan kondisi ini,'' ujar Tasya Inkiriwang, bocah kelas VI SD yang menanti angkutan menuju lokasi pengungsian.

Meski sebagian warga sudah menuju lokasi pengungsian, ada beberapa warga yang berjaga berkumpul sambil meneguk saguer sembari memperhatikan kondisi gunung Lokon yang mengeluarkan asap.

''Kami tetap memantau situasi gunung ini, takutnya secara tiba-tiba dia meletus dan tidak sempat menyelamatkan diri,'' timpal Wempie Nangka (49) warga Kinilow Lingkungan II yang juga pekerja penggalian C di sekitar gunung Lokon. ''Tentunya dengan kejadian ini, kami tidak bisa bekerja karena lokasi penggalian berada tepat di jalur lahar jika gunung meletus,'' sambungnya.

Suasana pengungsian di SMA dan SMK Kristen sendiri sedikit memiriskan. Sejumlah warga hingga sekira pukul 22.00 belum mendapatkan makanan oleh pihak terkait. Meski ada petugas kesehatan yang diturunkan dan disiapkan 5 unit Ambulans, namun hal ini tidak membuat sejumlah warga puas.

Yehezkiel Pandey (50) dan Jems Rumagit (37), keduanya warga Desa Kinilow, Lingkungan I, mengaku sejak tiba sore hari sekira pukul 15.00 Wita, pemerintah tidak menyediakan makanan untuk dikonsumsi.

Padahal, menurut keduanya warga desa tidak membawa bekal makanan ketika dievakuasi. ''Kalau kami berdua mungkin bisa tahan lapar. Tapi bagaimana dengan anak-anak? Tadi (kemarin, red) kami tanyakan kepada petugas dari dinas sosial apakah ada makanan yang sudah disiapkan, namun mereka mengaku baru sebatas memasak air minum,'' kata Pandey. ''Kami berharap bantuan bisa secepatnya turun,'' imbuh Meweteng Lingkungan 1 Desa Kinilow, Jein Tambahani (36).

Hal itu tidak dibantah Inyo Rorimpandey, Anggota Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Provinsi yang turun di lokasi pengungsian. Ia mengatakan, pihaknya masih menunggu suplai logistik dari dinas terkait di Kota Tomohon.

''Memang untuk penyediaan makanan malam ini (kemarin) agak terlambat. Kami memang menyediakan peralatan memasak, namun lauk-pauknya dari dinas terkait,'' tutur Rorimpandey sembari menambahkan menyiapkan 50 anggota tambahan jika tim Tagana Tomohon membutuhkan bantuan.

Ketua Tim Tanggap Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Hendra Gunawan ketika ditemui harian ini tadi malam mengaku situasi Lokon masih fluktuatif. Pihaknya masih mengawasi perkembangan aktivitas gunung itu.

''Memang membingungkan aktivitas Lokon. Bayangkan, beberapa hari lalu hanya tiga gempa kecil, letusan menjadi besar. Jika dibandingkan dengan letusan 1991 lalu, data yang ada menunjukkan sebelum letusan, terjadi beberapa kali gempa. Inilah yang membuat kami belum bisa menyatakan Lokon sudah aman,'' kata Gunawan yang datang langsung dari Kota Bandung.

Dibanding dengan letusan Gunung Soputan waktu lalu, Gunawan mengaku tidak ada perbedaan signifikan. Dikarenakan pihaknya satu jam sebelum Soputan meletus sudah diketahui.

''Satu jam sebelum Lokon meletus 11 juli lalu, kami sempat waswas karena proses pemberitahuan ke instansi terkait masih dilakukan. Namun itu memang kewajiban karena prosedural. Bayangkan, surat masih dibuat, tanda letusan mulai meningkat. Untungnya, surat berhasil diurus hingga pemberitahuan kepada warga untuk mengungsi cepat dilakukan,'' bebernya.

Gunung Lokon sendiri kemarin kembali memuntahkan abu vulkanik. “Kami berharap masyarakat tetap waspada, sebab letusan bisa saja terjadi,” ujar Gunawan.
Di saat tim akan melakukan gelar pasukan sekitar pukul 13.20 Wita, Gunung Lokon kembali memuntahkan material debu vulkanik yang luar biasa besar mengarah ke wilayah Kecamatan Tateli, Sea, dan Malalayang. “Saat ini yang perlu di waspadai adalah letusan yang mengakibatkan awan panas. Pasalnya, hanya dalam jarak 100 meter warga yang terkena bisa mengalami luka bakar,” ujarnya.

Ditambahkannya, pasca muntahan abu vulkanik, Gunung Lokon kembali menunjukkan penurunan gempa tremor. “Jika sebelumnya mencapai 40 milimeter, kini hanya 0,5 milimeter saja dari catatan seismograf,” ungkap Gunawan.

Aktivitas Gunung Lokon selang beberapa hari ini tidak stabil, membuat warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi mulai panik. Untuk menenangkan kepanikan warga Kapolda Brigjen Pol Carlo Tewu, Dandim 1302 Minahasa Letkol Inf Theo Kawatu, Plt Sekot Tomohon Drs Arnold Poli dan Kapolres Tomohon AKBP Marlien Tawas langsung turun di lapangan memantau perkembangan terkini aktivitas Gunung Lokon.

Kepada sejumlah wartawan Tewu mengungkapkan komitmen Polda Sulut untuk membantu evakuasi warga “Dua Kompi Brimob dan Satu Kompi Pleton Sabhara disiapkan. Satuan di Polda juga siap membantu jika diperlukan,” katanya.

Tewu menambahkan, warga yang meninggalkan rumah tidak perlu khawatir sebab aparat akan menjaga rumah tersebut. “Saya berharap agar warga tetap berdoa sehingga tak ada korban jiwa kalau terjadi hal yang paling buruk,” harapnya.

Selain Polda, Senin (11/7) malam, jajaran Kodim 1302 Minahasa di bawah pimpinan Dandim Kawatu, telah mengerahkan 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) di lokasi untuk membantu warga.

Menurut Kawatu, pada Selasa (12/7) pagi Kodim kembali mendapat bantuan 2 SSK Yonif 712 /WT, 1 SSK Korem 131/STG, 1 SSK Denzipur-4/YKN, 1 SSK KI Kavser Dam VII dan 1 SSK Gabungan Balakrem yang terdiri dari Denbekang, Denpal, Denzibang, Denkes, Denpom & Ajenrem.

Selain Polda dan Korem, bantuan juga datang dari Palang Merah Denmark (DRC). Palang merah ini sendiri turut membagikan 8000 masker kepada masyarakat di Kota Tomohon yang terkena dampak erupsi Gunung Lokon. Harris selaku Senior Programme Officer DRC Sulawesi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengoordinasikan pembagian 8000 masker tersebut.

Di tempat terpihsa, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr Surono mengatakan, Gunung Lokon menyimpan potensi menghasilkan letusan lebih besar. ”Letusan cenderung membesar,” katanya kemarin.

Dia mencontohkan, gempa dangkal yang terjadi sekali hari ini, memicu dua kali letusan di gunung itu. Sehari ini sudah terjadi 2 kali letusan yakni pada pukul 13.15 WITA dan 14.44 WITA yang menghasilkan bubungan asap dengan ketinggian maksimum 500 meter.

Surono menjelaskan, kendati kondisi kegempaan cenderung menurun, tapi gunung itu sendiri kini terhitung gampang menghasilkan letusan. Gangguan semisal gempa dangkal, paparnya, bisa setiap saat memicu terjadinya letusan karena aktivitas magma gunung itu sudah berada di sekitar permukaan.

Menurut dia, tanda dari akumulasi aktivitas gunung itu sudah terbaca sejak 27 Juni lalu. Ditandai dengan mengeluarkan tekanan, berupa sejumlah letusan yang terus berlangsung sejak hari itu hingga saat ini. ”Sebetulnya aktivitasnya sudah di permukaan,” kata Surono.

Kendati perkiraannya soal letusan besar gunung itu bisa salah, Pusat Vulkanologi sudah mengantisipasinya dengan merilis rekomendasi agar warga di seputar Kawah Tompuluan, yang berada di lembah Gunung Lokon dan Gunung Empu, mengungsi. ”Kalau meleset tidak terjadi letusan mereka (warga) selamat, kalau terjadi letusan besar mereka selamat,” kata Surono.

Menurutnya, menyimak pantauan aktivitas gunung itu, potensi terulangnya letusan besar seperti tahun 1991 dan 1999 terbuka. Letusan Lokon menghasilkan letusan abu disertai awan panas.

Jika terjadi letusan besar, Surono memperkirakan, jarak 3,5 kilometer yang diminta lembaganya agar dikosongkan dari aktivitas warga, terhitung sudah aman. Dia beralasan, lokasi pusat aktivitas letusan, di Kawah Tompaluan berada di lembah yang diapit oleh Gunung Lokon dan Gunung Empu. Dua tubuh gunung itu lumayan menahan lontaran material yang dihasilkan letusan Lokon.

Dia membandingkan dengan Gunung Soputan yang memiliki kawah di puncaknya, sehingga lontaran material letusan bisa menjangkau daerah yang relatif jauh. Sementara Kawah Tompaluan sendiri berada di lembah, daerah yang relatif rendah. “Letusan Lokon bukan di puncaknya,” kata Surono. (vip/emp/ylo/lee)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar