Kamis, 14 Juli 2011

Akibat Letusan G.Lokon Pengungsi di Tomohon Capai 2.588 Jiwa

Kamis, 14 Juli 2011 , 10:42:00
Pengungsi Capai 2.588 Jiwa
Warga Ingin Pulang


TUTUN TANGAN: Gubernur SH Sarundajang melihat langsung keberadaan ribuan pengungsi di Tomohon.
TOMOHON- Warga yang dievakuasi di Kelurahan Kinilow, Kinilow I, dan Kakaskasen hingga pukul 18:00 Wita, Rabu (13/7) kemarin, sudah mencapai 2.588 jiwa. Praktis, ruangan kelas di SMA Kristen 1 Tomohon, SMK Kristen II Tomohon, dan SMPN I yang digunakan untuk tempat pengungsian penuh sesak.

Data jumlah pengungsi ini sendiri dihimpun dari dapur umum yang terletak di kantin wali kota lama Ex-Rindam. “Warga terus berdatangan dan pengungsi kisaran 2000-an yang ditampung,” terang Kabag Kesra Sekkot Tomohon Merry Wajong SE.

Informasi dihimpun, puluhan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) yang tersebar di setiap pos pengungsian, terlibat aktif menyalurkan bahan makanan baik berupa dus maupun yang dimasak dari dapur umum.

“Setiap petugas sudah stand by di lokasi baik turut menjaga keamanan dan ketertiban, tapi juga ikut membagikan makanan bersama-sama Dinas Kesehatan dan Sosial Tomohon,” terang Kasat Pol PP Steven Waworuntu SSTP.

Membludaknya jumlah pengungsi ini sendiri pun hanya terlihat di malam hari. Informasi dihimpun, sejumlah warga lebih memilih beraktivitas di rumah kediaman masing-masing di siang hari dan menuju ke tempat evakuasi saat malam hari.

Suasana Kelurahan Kinilow ramai di siang hari dan tidak terpengaruh dengan status awas Gunung Lokon,” ujar warga Kinilow. “Selain mengecek rumah yang ditinggalkan, sekalian mandi cuci kakus dengan air yang memadai di rumah masing-masing,” tambah sejumlah pengungsi.

Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) DR SH Sarundajang sendiri langsung turun ke lokasi pengungsian di SMK Kristen II Tomohon, Rabu (13/7), sekira pukul 11:20 Wita.

Gubernur melihat langsung Kota Tomohon yang dalam beberapa hari ini terkena dampak letusan Gunung Lokon. Gubernur bahkan langsung menggelar rapat koordinasi dengan seluruh jajaran Pemkot Tomohon dan pihak terkait untuk penanganan dampak letusan.

Rapat tersebut dilakukan di Pos Komando Penanganan Bencana Lokon di Kompleks Rindam. Pada kesempatan itu Gubernur menerima laporan dari Komandan Lapangan Satgas Penanganan Bencana Lokon Plt Sekretaris Kota Tomohon Drs Arnold Poli SH MAP, tentang kondisi terakhir serta langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemprov dan Pemkot Tomohon.

Poli melaporkan bahwa pasca letusan pada 11 Juli, Pemerintah telah melakukan langkah-langkah tanggap darurat antara lain dengan mengungsikan penduduk yang berada di radius 3 kilometer dari lokasi kawah gunung.

Dalam arahannya, Gubernur meminta semua instansi terkait dan Pemkot Tomohon untuk terus melakukan langkah penanganan tanggap darurat dengan memperkuat koordinasi antar SKPD terkait serta pihak-pihak lainnya yang turut terlibat dalam kegiatan penanganan tersebut.

Yang mengungsi dan menjadi korban letusan Gunung Lokon adalah rakyat kita semua. Oleh karena itu semua SKPD terkait di Provinsi serta Pemkot diminta untuk siaga 1 x 24 jam dan terus melaporkan perkembangan situasi secara berjenjang. Koordinasi di lapangan sangat penting agar kegiatan penanganan pasca bencana dapat dilakukan secara tepat dan efisien.

Gubernur menambahkan, Pemprov melalui Badan Penanggulangan Bencana, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan instansi terkait lain telah menyediakan bantuan penanganan tanggap darurat seperti tenda-tenda pengungsian, obat-obatan, masker, matras, tikar, selimut bahkan sampai mobil dapur umum, mobil unit penyedia air bersih, makanan siap saji, beras, dan kebutuhan lainnya agar para pengungsi dapat dilayani dengan baik.

Gubernur meminta masyarakat yang mengungsi untuk menerima keadaan yang tentunya tidak sama ketika berada di rumah sendiri dan di tempat pengungsian. Saat berada di Pos Pengamatan Gunung Lokon dan Mahawu, Gubernur meminta petugas pengamat di pos tersebut untuk mengawasi secara ketat perkembangan Gunung Lokon.

Secara umum Gubernur menerima laporan bahwa jumlah dan frekwensi letusan sampai pagi ini sudah menurun. Namun demikian Gubernur mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena kita semua tidak dapat meramal kapan dan kemungkinan besarnya erupsi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Saat meninjau para pengungsi di lokasi pengungsian, Gubernur berpesan agar masyarakat tidak buru-buru kembali ke tempat tinggal mereka.

“Ikutilah petunjuk pemerintah yang tentunya akan memberikan informasi apabila keadaan memang telah memungkinkan untuk kembali,” kata Gubernur. Pada kesempatan ini Gubernur meminta Pemkot Tomohon dan Satgas Penanggulangan Bencana untuk menyiapkan lokasi pengungsian baru di Kompleks Dinas Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Uluindano.

Hal ini dimaksudkan agar jumlah pengungsi di lokasi pengungsian di SMA Kristen Tomohon, dapat dikurangi dan tidak terkonsentrasi di satu tempat untuk lebih meningkatkan kenyamanan mereka.

Gubernur mendapatkan laporan bahwa sejak meletusnya Gunung Lokon, Tim Tagana dari Dinkesos Provinsi serta Kota Tomohon telah berada di lokasi dan melakukan kegiatan penanganan tanggap darurat. Demikian juga Tim Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota Tomohon telah stand by dan memberikan pelayanan kesehatan termasuk pembagian masker kepada para korban dan masyarakat. Bantuan juga telah disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang mendapatkan dukungan penuh dari Badan Penanganan Bencana Nasional.

‘’Khusus untuk penanganan pasca Bencana Pemprov dan Pemkot Tomohon, akan melakukan pendataan akibat yang ditimbulkan untuk kemudian menyiapkan bantuan sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Bantuan memang perlu namun harus disalurkan berdasarkan data yang akurat agar pemberian bantuan tersebut tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,’’ jelas Jubir Pemprov Ch Sumampow SH MEd.

SATU WARGA MENINGGAL
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Tomohon Dolvin Karwur MKes MSi melaporkan, satu warga meninggal dunia di tempat pengungsian. Seorang ibu rumah tangga bernama Johana Mawikere (56) warga Kinilow Lingkungan 2 Kecamatan Tomohon Utara, ditemukan tak bernyawa sekira pukul 23.30 Wita Selasa (12/7) di kamar mandi.

Andreas Poluan (61), suami korban menceritakan, saat di lokasi pengungsian istrinya minta pamit ke kamar mandi. Namun sudah sekira 15 menit, belum juga balik. Andreas, sapaan akrabnya, memutuskan untuk menyusul istrinya. Masih jauh, Andreas tersentak karena sejumlah pengungsi lainnya sudah berteriak-teriak memanggil nama istrinya ‘tante Any, tante Any’. “Rupanya mereka sudah mendapati istri saya sudah dalam keadaan terlentang di kamar mandi,” tutur Andreas, saat ditemui wartawan koran ini di rumah duka di Kinilow.

Lanjutnya, usaha penyelamatan sempat dilakukan dengan melarikan korban ke RS Bethesda. Namun sayang nyawa korban sudah tak terselamatkan. “Mungkin ini jalan Tuhan. Memang istri saya mengidap penyakit darah tinggi. Bahkan hari Sabtu 10 Juli, sempat dirawat di rumah sakit,” ungkapnya. Korban sendiri meninggalkan seorang suami dan empat orang anak masing-masing Dian, Deby, Jenny, dan Hellen.

Di sisi lain, Kadiknaspora Tomohon Drs Wendy R Karwur yang didampingi Kepala Bidang Pemuda Diknaspora Tomohon Edison Mamuaja SPd mengatakan, sekolah akan diliburkan sesuai surat dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tentang peningkatan status kegiatan gunung Lokon, guna keselamatan guru dan pegawai serta siswa. Sebab itu, Pemkot melalui Diknaspora Tomohon mengimbau kepada sejumlah Kepala Sekolah meliburkan siswanya.

Diantaranya SMA Lokon, SMA Seminari, SMP Negeri 2 Tomohon, SD Katolik Kakaskasen, SD Katolik Kinilow, SD Inpres Kinilow, SD GMIM Kinilow, dan Sekolah MI/MTS/MA Kinilow. “Diimbau kepala sekolah dapat meliburkan sekolah, sementara lokasi sekolah dievakuasi, ketika sudah dinyatakan aman kembali buka sekolah,” kunci Mamuaja.

WARGA MULAI INGIN PULANG
Sementara itu, berdasarkan pantauan wartawan harian Koran ini di lokasi pengungsian di SMK Kristen Tomohon, para pengungsi terlihat tak melakukan aktivitas apa-apa. Mereka terlihat hanya duduk-duduk di depan kelas yang dijadikan kamar sementara. Di lapangan terlihat sekelompok anak muda sedang berolahraga bermain basket. Sebagian dari mereka mengaku mulai tak betah di lokasi pengungsian karena harus kembali bekerja.

“Sebenarnya jika sudah diijinkan pemerintah, kami ingin sekali pulang ke rumah, karena dengan mengungsi kita tak bisa bekerja untuk kebutuhan keluarga,” ujar Isak Saleha (43), warga Kinilow yang mengaku berprofesi sebagai petani.

Mereka juga mengaku sudah terbiasa dengan aktivitas Lokon. “Kita sebenaranya sudah terbiasa dengan keadaan ini karena hampir setiap tahun semburan abu dari gunung sudah kita rasakan. Tapi penanganannya tidak seperti sekarang ini,” jelasnya.

Joula, warga Kinilow I, juga mengaku ingin cepat pulang ke rumahnya. Apalagi anak-anaknya mulai pekan depan sudah harus masuk sekolah. “Kita tak bisa berbuat apa-apa. Yang ada malah anak-anak kami bisa menderita penyakit karena hanya tidur di atas lantai. Apalagi makan tidak teratur, kami hanya dijatah nasi bungkus sehari dua kali,” urainya.

Berdasarkan pantauan rumah-rumah warga yang ditinggalkan kosong di Kelurahan Kinilow, Kinilow I dan Kakaskasen I, terlihat tertutup rapat. Tak ada aktivitas berarti. Namun begitu masih ada warga yang memilih untuk tetap bertahan di rumahnya. ‘’Hampir setiap tahun kejadian seperti ini ada. Jadi kami sudah tidak terkejut dengan Lokon,” ujar Arnold di Kinilow 1.

Sejumlah Hansip terlihat berpatroli mengawasi rumah-rumah warga yang ditinggalkan kosong. Hingga sekira pukul 15.30 Wita sore kemarin, gunung Soputan terlihat masih mengeluarkan asap hitam namun tak begitu lama sekira 5 menit kembali normal dan mengeluarkan asap berwarna putih.

Keadaan Kota Tomohon sendiri pada umumnya terlihat normal. Aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa. Hanya saja sesekali terdengar raungan sirine mobil SAR yang cukup menimbulkan kepanikan warga. (vip/ayi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar