Kamis, 14 Juli 2011

Memprihatinkan, Pengungsi Erupsi Lokon Berebut Makanan

Memprihatinkan, Pengungsi Erupsi Lokon Berebut Makanan
Rabu, 13 Juli 2011 08:26 wib
0 93Email0
Kondisi di pengungsian SMA Kristen 1 Tomohon. (Dok: Sun TV)
TOMOHON- Kondisi para pengungsi korban erupsi Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, sangat memprihatinkan.

Selain pembagian jatah makanan yang tidak merata dan terlambat, para pengungsi harus rela berdesak-desakan di lokasi pengungsian.

Pemandangan berjubelnya para pengungsi terlihat di posko pengungsi di SMA Kristen 1 Tomohon. Mereka saling berdesakkan, bahkan mereka harus berebut mi instan yang dibagikan petugas posko untuk bisa makan.

Mereka juga berebut selimut hingga nyaris menimbulkan perkelahian antar sesama pengungsi juga petugas posko.

Hingga Rabu (13/7/2011) pagi, jumlah pengungsi yang ditampung di tiga posko mencapai 2.116 jiwa. Membludaknya warga yang mengungsi membuat Pemerintah Kota Tomohon kewalahan.

Pemkot berharap segera ada bantuan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara maupun pihak lain untuk menangani masalah para pengungsi ini.

Pada Rabu dini hari tadi seorang pengungsi warga Kelurahan Kinilow, Kecamatan Tomohon Utara, meninggal dunia di posko pengungsian SMA Kristen 1 Tomohon.

Yohana Mawikere (56), sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong lagi. Korban bersama suaminya saat itu sedang menunggu pembagian jatah makanan. Diperkirakan Yohana meninggal sebelum tiba di rumah sakit akibat serangan jantung.

Seperti diketahui Pemkot dan dinas terkait melakukan evakuasi warga yang tinggal di dalam radius bahaya yakni 3,5 kilometer dari kawah Gunung Lokon pada Selasa kemarin. Evakuasi dilakukan setelah data seismograf menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Lokon meningkat sejak statusnya dinaikkan menjadi Awas pada Minggu 11 Juli lalu.

(Dyke Rumbayan/SUN TV/ton)

Gunung Lokon Meletus Lagi - By.Awaludin - Okezone

JAKARTA - Telah terjadi letusan besar di Gunung Lokon sekira pukul 22.45 WIB dengan lontaran material pijar, pasir, dan hujan abu tebal setinggi kurang lebih 1.500 m dan menyebabkan kebakaran hutan sekeliling gunung.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB), BPBD dan instansi terkait saat ini sedang melakukan evakuasi di lokasi rawan bencana. Dalam rilis yang dikirim Kepala Pusat Data BNPB Sutopo Purwo Nugroho sekira pukul 23.23 WIB, Kamis (14/7/2011).

Menurut Sutopo, dari pantauan sejak tadi pagi sekira pukul 06.00-12.00 WITA, dari visual tampak asap putih tebal tiggi 100-150 meter.

Sementara krisis sismik dalam 6 jam terakhir hinnga kini belum berhenti, tercatat sebanyak 25 kali gempa vulkanik dalam, 30 kali gempa vulkanik dangkal, dan getaran tremor vulkanik dengan amplituda 0,5-4 mm.
(ram)

Dua Kampung di Kaki Lokon Dikosongkan Berpotensi Meletus Lebih Besar

Rabu, 13 Juli 2011 , 11:17:00
Dua Kampung di Kaki Lokon Dikosongkan
Berpotensi Meletus Lebih Besar


MENGUNGSI: Sejumlah warga di Kelurahan Kinilow Lingkungan 1 Kecamatan Tomohon Utara, memikul kasur saat hendak dievakuasi ke Smaker Tomohon. Foto kiri atas nampak anak-anak di lokasi pengungsian, sementara foto lainnya terlihat TNI AD yang ikut membantu evakuasi. (Markus Budiman/Manado Post)
TOMOHON— Ribuan warga yang tersebar di Kelurahan Kinilow, Kinilow I dan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara, harus dievakuasi di SMA/SMK Kristen GMIM yang berada di belakang Kantor Sinode GMIM, Selasa (12/7), kemarin.

Evakuasi yang dilakukan Pemkot, Polda dan tim SAR dimulai serentak di Kelurahan Kinilow dan Kinilow I sekira pukul 14:30 Wita. Warga mulai dari anak-anak, orang tua hingga kaum lanjut usia berkumpul di kantor lurah setempat dengan membawa perlengkapan seadanya, seperti pakaian dan peralatan masak yang diangkut truk bus dari Polda, Polres, Dinas Pekerjaan Umum hingga Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Tomohon. “Sudah banyak yang mengungsi,” ungkap Lurah Kinilow I, Joris Polii SE.

Polii juga menegaskan, semua warga harus diungsikan dan tidak ada yang kebal untuk dievakuasi. Sebab itu, imbau Polii, masyarakat tetap tenang dan jangan panik dengan isu-isu menyesatkan. “Bagi rumah warga yang ditinggalkan tidak perlu khawatir karena ada anggota Linmas turut berjaga-jaga,” tegasnya .

Lurah Kinilow Hermanus Watung mengungkapkan, ada sekira 14 anggota Linmas dan tujuh Tagana yang stand by melakukan siskamling. Untuk itu, warga yang meninggalkan alat-alat elektronik tidak perlu khawatir karena Hansip yang bekerjasama dengan Polres Tomohon melakukan penjagaan ketat.

“Akan dilakukan jaga malam secara menyeluruh. Sampai siang menjelang sore sudah ada sekira 300-an warga Kinilow yang dievakuasi, terlebih khusus di kompleks Patar” tambahnya.

Lurah Kakaskasen 1 Emma Polii menambahkan, pihaknya sudah mendata ada 300-an warga yang dievakuasi hingga sore kemarin. Pendataan masih terus dilakukan secara intensif mengingat masih banyak warga yang akan dievakuasi. “Ada warga yang sudah mengungsi sebelum didata,” jelasnya.

Plt WaliKota Tomohon Jimmy Feidie Eman SE Ak sendiri meminta warga yang dievakuasi untuk tetap tenang namun waspada. Diungkapkannya, sudah ada sekira 1000 orang atau 390 kepala keluarga yang diungsikan. ”Berdasarkan laporan yang dihimpun dari kelurahan, kurang lebih 1000 orang sudah evakuasi,” terangnya.

Sementara itu, pemukiman penduduk di seputaran Gunung Lokon mulai ditinggal penghuninya. Kelurahan Kinilow, Kinilow I bak desa hantu karena berubah sepi ketika sejumlah penghuni beramai-ramai meninggalkan kediaman mereka.

Ketakutan akan terjangan debu vulkanik Gunung Lokon menjadi alasan warga memilih 'kabur' ke tempat yang aman. ''Kami takut kejadian 1991 lalu terulang disini. Saat itu, letusan Lokon datang tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Pemukiman di tempat ini ditutupi abu vulkanik.

Bahkan, warga yang tidak sempat bersembunyi memilih selokan untuk berlindung. Namun, hantaman abu tetap dirasakan,” ungkap Boy Manopo, kepala lingkungan II Desa Kinilow.

“Terlambat sedikit saja, banyak korban jiwa yang akan berjatuhan. Karena situasi saat itu meski siang hari, langsung berubah menjadi gelap akibat abu Lokon,'' sambung Manopo.

Menurutnya, sejak peristiwa itu letusan Lokon beberapa kali terjadi namun tidak separah kejadian 1991 itu. Saat ini, kata Manopo jumlah penduduk di lingkungannya mencapai 302 jiwa.

Sebagiannya saat ini sudah menuju lokasi pengungsian di SMA Kristen dan SMK Kristen Tomohon. ''Ada beberapa warga yang berjaga-jaga disini karena mengingat hampir sebagian besar rumah sudah kosong. Takut dimanfaatkan oknum tertentu melakukan pencurian. Namun, tentunya kami terus melakukan antisipasi,'' ujarnya.

Pantauan harian ini, di Desa Kinilow dan Kinilow 1, sejumlah truk lalu-lalang mengangkut sejumlah warga menuju lokasi pengungsian. Karena pernafasan sedikit mengalami gangguan debu, sejumlah warga terlihat menggunakan masker yang diberikan PMI Tomohon.

Sayangnya, masih banyak juga warga bahkan anak-anak yang tidak menyadari kondisi itu. ''Saya merasa takut dengan kondisi ini,'' ujar Tasya Inkiriwang, bocah kelas VI SD yang menanti angkutan menuju lokasi pengungsian.

Meski sebagian warga sudah menuju lokasi pengungsian, ada beberapa warga yang berjaga berkumpul sambil meneguk saguer sembari memperhatikan kondisi gunung Lokon yang mengeluarkan asap.

''Kami tetap memantau situasi gunung ini, takutnya secara tiba-tiba dia meletus dan tidak sempat menyelamatkan diri,'' timpal Wempie Nangka (49) warga Kinilow Lingkungan II yang juga pekerja penggalian C di sekitar gunung Lokon. ''Tentunya dengan kejadian ini, kami tidak bisa bekerja karena lokasi penggalian berada tepat di jalur lahar jika gunung meletus,'' sambungnya.

Suasana pengungsian di SMA dan SMK Kristen sendiri sedikit memiriskan. Sejumlah warga hingga sekira pukul 22.00 belum mendapatkan makanan oleh pihak terkait. Meski ada petugas kesehatan yang diturunkan dan disiapkan 5 unit Ambulans, namun hal ini tidak membuat sejumlah warga puas.

Yehezkiel Pandey (50) dan Jems Rumagit (37), keduanya warga Desa Kinilow, Lingkungan I, mengaku sejak tiba sore hari sekira pukul 15.00 Wita, pemerintah tidak menyediakan makanan untuk dikonsumsi.

Padahal, menurut keduanya warga desa tidak membawa bekal makanan ketika dievakuasi. ''Kalau kami berdua mungkin bisa tahan lapar. Tapi bagaimana dengan anak-anak? Tadi (kemarin, red) kami tanyakan kepada petugas dari dinas sosial apakah ada makanan yang sudah disiapkan, namun mereka mengaku baru sebatas memasak air minum,'' kata Pandey. ''Kami berharap bantuan bisa secepatnya turun,'' imbuh Meweteng Lingkungan 1 Desa Kinilow, Jein Tambahani (36).

Hal itu tidak dibantah Inyo Rorimpandey, Anggota Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Provinsi yang turun di lokasi pengungsian. Ia mengatakan, pihaknya masih menunggu suplai logistik dari dinas terkait di Kota Tomohon.

''Memang untuk penyediaan makanan malam ini (kemarin) agak terlambat. Kami memang menyediakan peralatan memasak, namun lauk-pauknya dari dinas terkait,'' tutur Rorimpandey sembari menambahkan menyiapkan 50 anggota tambahan jika tim Tagana Tomohon membutuhkan bantuan.

Ketua Tim Tanggap Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Hendra Gunawan ketika ditemui harian ini tadi malam mengaku situasi Lokon masih fluktuatif. Pihaknya masih mengawasi perkembangan aktivitas gunung itu.

''Memang membingungkan aktivitas Lokon. Bayangkan, beberapa hari lalu hanya tiga gempa kecil, letusan menjadi besar. Jika dibandingkan dengan letusan 1991 lalu, data yang ada menunjukkan sebelum letusan, terjadi beberapa kali gempa. Inilah yang membuat kami belum bisa menyatakan Lokon sudah aman,'' kata Gunawan yang datang langsung dari Kota Bandung.

Dibanding dengan letusan Gunung Soputan waktu lalu, Gunawan mengaku tidak ada perbedaan signifikan. Dikarenakan pihaknya satu jam sebelum Soputan meletus sudah diketahui.

''Satu jam sebelum Lokon meletus 11 juli lalu, kami sempat waswas karena proses pemberitahuan ke instansi terkait masih dilakukan. Namun itu memang kewajiban karena prosedural. Bayangkan, surat masih dibuat, tanda letusan mulai meningkat. Untungnya, surat berhasil diurus hingga pemberitahuan kepada warga untuk mengungsi cepat dilakukan,'' bebernya.

Gunung Lokon sendiri kemarin kembali memuntahkan abu vulkanik. “Kami berharap masyarakat tetap waspada, sebab letusan bisa saja terjadi,” ujar Gunawan.
Di saat tim akan melakukan gelar pasukan sekitar pukul 13.20 Wita, Gunung Lokon kembali memuntahkan material debu vulkanik yang luar biasa besar mengarah ke wilayah Kecamatan Tateli, Sea, dan Malalayang. “Saat ini yang perlu di waspadai adalah letusan yang mengakibatkan awan panas. Pasalnya, hanya dalam jarak 100 meter warga yang terkena bisa mengalami luka bakar,” ujarnya.

Ditambahkannya, pasca muntahan abu vulkanik, Gunung Lokon kembali menunjukkan penurunan gempa tremor. “Jika sebelumnya mencapai 40 milimeter, kini hanya 0,5 milimeter saja dari catatan seismograf,” ungkap Gunawan.

Aktivitas Gunung Lokon selang beberapa hari ini tidak stabil, membuat warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi mulai panik. Untuk menenangkan kepanikan warga Kapolda Brigjen Pol Carlo Tewu, Dandim 1302 Minahasa Letkol Inf Theo Kawatu, Plt Sekot Tomohon Drs Arnold Poli dan Kapolres Tomohon AKBP Marlien Tawas langsung turun di lapangan memantau perkembangan terkini aktivitas Gunung Lokon.

Kepada sejumlah wartawan Tewu mengungkapkan komitmen Polda Sulut untuk membantu evakuasi warga “Dua Kompi Brimob dan Satu Kompi Pleton Sabhara disiapkan. Satuan di Polda juga siap membantu jika diperlukan,” katanya.

Tewu menambahkan, warga yang meninggalkan rumah tidak perlu khawatir sebab aparat akan menjaga rumah tersebut. “Saya berharap agar warga tetap berdoa sehingga tak ada korban jiwa kalau terjadi hal yang paling buruk,” harapnya.

Selain Polda, Senin (11/7) malam, jajaran Kodim 1302 Minahasa di bawah pimpinan Dandim Kawatu, telah mengerahkan 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) di lokasi untuk membantu warga.

Menurut Kawatu, pada Selasa (12/7) pagi Kodim kembali mendapat bantuan 2 SSK Yonif 712 /WT, 1 SSK Korem 131/STG, 1 SSK Denzipur-4/YKN, 1 SSK KI Kavser Dam VII dan 1 SSK Gabungan Balakrem yang terdiri dari Denbekang, Denpal, Denzibang, Denkes, Denpom & Ajenrem.

Selain Polda dan Korem, bantuan juga datang dari Palang Merah Denmark (DRC). Palang merah ini sendiri turut membagikan 8000 masker kepada masyarakat di Kota Tomohon yang terkena dampak erupsi Gunung Lokon. Harris selaku Senior Programme Officer DRC Sulawesi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengoordinasikan pembagian 8000 masker tersebut.

Di tempat terpihsa, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr Surono mengatakan, Gunung Lokon menyimpan potensi menghasilkan letusan lebih besar. ”Letusan cenderung membesar,” katanya kemarin.

Dia mencontohkan, gempa dangkal yang terjadi sekali hari ini, memicu dua kali letusan di gunung itu. Sehari ini sudah terjadi 2 kali letusan yakni pada pukul 13.15 WITA dan 14.44 WITA yang menghasilkan bubungan asap dengan ketinggian maksimum 500 meter.

Surono menjelaskan, kendati kondisi kegempaan cenderung menurun, tapi gunung itu sendiri kini terhitung gampang menghasilkan letusan. Gangguan semisal gempa dangkal, paparnya, bisa setiap saat memicu terjadinya letusan karena aktivitas magma gunung itu sudah berada di sekitar permukaan.

Menurut dia, tanda dari akumulasi aktivitas gunung itu sudah terbaca sejak 27 Juni lalu. Ditandai dengan mengeluarkan tekanan, berupa sejumlah letusan yang terus berlangsung sejak hari itu hingga saat ini. ”Sebetulnya aktivitasnya sudah di permukaan,” kata Surono.

Kendati perkiraannya soal letusan besar gunung itu bisa salah, Pusat Vulkanologi sudah mengantisipasinya dengan merilis rekomendasi agar warga di seputar Kawah Tompuluan, yang berada di lembah Gunung Lokon dan Gunung Empu, mengungsi. ”Kalau meleset tidak terjadi letusan mereka (warga) selamat, kalau terjadi letusan besar mereka selamat,” kata Surono.

Menurutnya, menyimak pantauan aktivitas gunung itu, potensi terulangnya letusan besar seperti tahun 1991 dan 1999 terbuka. Letusan Lokon menghasilkan letusan abu disertai awan panas.

Jika terjadi letusan besar, Surono memperkirakan, jarak 3,5 kilometer yang diminta lembaganya agar dikosongkan dari aktivitas warga, terhitung sudah aman. Dia beralasan, lokasi pusat aktivitas letusan, di Kawah Tompaluan berada di lembah yang diapit oleh Gunung Lokon dan Gunung Empu. Dua tubuh gunung itu lumayan menahan lontaran material yang dihasilkan letusan Lokon.

Dia membandingkan dengan Gunung Soputan yang memiliki kawah di puncaknya, sehingga lontaran material letusan bisa menjangkau daerah yang relatif jauh. Sementara Kawah Tompaluan sendiri berada di lembah, daerah yang relatif rendah. “Letusan Lokon bukan di puncaknya,” kata Surono. (vip/emp/ylo/lee)

Akibat Letusan G.Lokon Pengungsi di Tomohon Capai 2.588 Jiwa

Kamis, 14 Juli 2011 , 10:42:00
Pengungsi Capai 2.588 Jiwa
Warga Ingin Pulang


TUTUN TANGAN: Gubernur SH Sarundajang melihat langsung keberadaan ribuan pengungsi di Tomohon.
TOMOHON- Warga yang dievakuasi di Kelurahan Kinilow, Kinilow I, dan Kakaskasen hingga pukul 18:00 Wita, Rabu (13/7) kemarin, sudah mencapai 2.588 jiwa. Praktis, ruangan kelas di SMA Kristen 1 Tomohon, SMK Kristen II Tomohon, dan SMPN I yang digunakan untuk tempat pengungsian penuh sesak.

Data jumlah pengungsi ini sendiri dihimpun dari dapur umum yang terletak di kantin wali kota lama Ex-Rindam. “Warga terus berdatangan dan pengungsi kisaran 2000-an yang ditampung,” terang Kabag Kesra Sekkot Tomohon Merry Wajong SE.

Informasi dihimpun, puluhan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) yang tersebar di setiap pos pengungsian, terlibat aktif menyalurkan bahan makanan baik berupa dus maupun yang dimasak dari dapur umum.

“Setiap petugas sudah stand by di lokasi baik turut menjaga keamanan dan ketertiban, tapi juga ikut membagikan makanan bersama-sama Dinas Kesehatan dan Sosial Tomohon,” terang Kasat Pol PP Steven Waworuntu SSTP.

Membludaknya jumlah pengungsi ini sendiri pun hanya terlihat di malam hari. Informasi dihimpun, sejumlah warga lebih memilih beraktivitas di rumah kediaman masing-masing di siang hari dan menuju ke tempat evakuasi saat malam hari.

Suasana Kelurahan Kinilow ramai di siang hari dan tidak terpengaruh dengan status awas Gunung Lokon,” ujar warga Kinilow. “Selain mengecek rumah yang ditinggalkan, sekalian mandi cuci kakus dengan air yang memadai di rumah masing-masing,” tambah sejumlah pengungsi.

Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) DR SH Sarundajang sendiri langsung turun ke lokasi pengungsian di SMK Kristen II Tomohon, Rabu (13/7), sekira pukul 11:20 Wita.

Gubernur melihat langsung Kota Tomohon yang dalam beberapa hari ini terkena dampak letusan Gunung Lokon. Gubernur bahkan langsung menggelar rapat koordinasi dengan seluruh jajaran Pemkot Tomohon dan pihak terkait untuk penanganan dampak letusan.

Rapat tersebut dilakukan di Pos Komando Penanganan Bencana Lokon di Kompleks Rindam. Pada kesempatan itu Gubernur menerima laporan dari Komandan Lapangan Satgas Penanganan Bencana Lokon Plt Sekretaris Kota Tomohon Drs Arnold Poli SH MAP, tentang kondisi terakhir serta langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemprov dan Pemkot Tomohon.

Poli melaporkan bahwa pasca letusan pada 11 Juli, Pemerintah telah melakukan langkah-langkah tanggap darurat antara lain dengan mengungsikan penduduk yang berada di radius 3 kilometer dari lokasi kawah gunung.

Dalam arahannya, Gubernur meminta semua instansi terkait dan Pemkot Tomohon untuk terus melakukan langkah penanganan tanggap darurat dengan memperkuat koordinasi antar SKPD terkait serta pihak-pihak lainnya yang turut terlibat dalam kegiatan penanganan tersebut.

Yang mengungsi dan menjadi korban letusan Gunung Lokon adalah rakyat kita semua. Oleh karena itu semua SKPD terkait di Provinsi serta Pemkot diminta untuk siaga 1 x 24 jam dan terus melaporkan perkembangan situasi secara berjenjang. Koordinasi di lapangan sangat penting agar kegiatan penanganan pasca bencana dapat dilakukan secara tepat dan efisien.

Gubernur menambahkan, Pemprov melalui Badan Penanggulangan Bencana, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan instansi terkait lain telah menyediakan bantuan penanganan tanggap darurat seperti tenda-tenda pengungsian, obat-obatan, masker, matras, tikar, selimut bahkan sampai mobil dapur umum, mobil unit penyedia air bersih, makanan siap saji, beras, dan kebutuhan lainnya agar para pengungsi dapat dilayani dengan baik.

Gubernur meminta masyarakat yang mengungsi untuk menerima keadaan yang tentunya tidak sama ketika berada di rumah sendiri dan di tempat pengungsian. Saat berada di Pos Pengamatan Gunung Lokon dan Mahawu, Gubernur meminta petugas pengamat di pos tersebut untuk mengawasi secara ketat perkembangan Gunung Lokon.

Secara umum Gubernur menerima laporan bahwa jumlah dan frekwensi letusan sampai pagi ini sudah menurun. Namun demikian Gubernur mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena kita semua tidak dapat meramal kapan dan kemungkinan besarnya erupsi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Saat meninjau para pengungsi di lokasi pengungsian, Gubernur berpesan agar masyarakat tidak buru-buru kembali ke tempat tinggal mereka.

“Ikutilah petunjuk pemerintah yang tentunya akan memberikan informasi apabila keadaan memang telah memungkinkan untuk kembali,” kata Gubernur. Pada kesempatan ini Gubernur meminta Pemkot Tomohon dan Satgas Penanggulangan Bencana untuk menyiapkan lokasi pengungsian baru di Kompleks Dinas Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Uluindano.

Hal ini dimaksudkan agar jumlah pengungsi di lokasi pengungsian di SMA Kristen Tomohon, dapat dikurangi dan tidak terkonsentrasi di satu tempat untuk lebih meningkatkan kenyamanan mereka.

Gubernur mendapatkan laporan bahwa sejak meletusnya Gunung Lokon, Tim Tagana dari Dinkesos Provinsi serta Kota Tomohon telah berada di lokasi dan melakukan kegiatan penanganan tanggap darurat. Demikian juga Tim Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota Tomohon telah stand by dan memberikan pelayanan kesehatan termasuk pembagian masker kepada para korban dan masyarakat. Bantuan juga telah disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang mendapatkan dukungan penuh dari Badan Penanganan Bencana Nasional.

‘’Khusus untuk penanganan pasca Bencana Pemprov dan Pemkot Tomohon, akan melakukan pendataan akibat yang ditimbulkan untuk kemudian menyiapkan bantuan sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Bantuan memang perlu namun harus disalurkan berdasarkan data yang akurat agar pemberian bantuan tersebut tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,’’ jelas Jubir Pemprov Ch Sumampow SH MEd.

SATU WARGA MENINGGAL
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Tomohon Dolvin Karwur MKes MSi melaporkan, satu warga meninggal dunia di tempat pengungsian. Seorang ibu rumah tangga bernama Johana Mawikere (56) warga Kinilow Lingkungan 2 Kecamatan Tomohon Utara, ditemukan tak bernyawa sekira pukul 23.30 Wita Selasa (12/7) di kamar mandi.

Andreas Poluan (61), suami korban menceritakan, saat di lokasi pengungsian istrinya minta pamit ke kamar mandi. Namun sudah sekira 15 menit, belum juga balik. Andreas, sapaan akrabnya, memutuskan untuk menyusul istrinya. Masih jauh, Andreas tersentak karena sejumlah pengungsi lainnya sudah berteriak-teriak memanggil nama istrinya ‘tante Any, tante Any’. “Rupanya mereka sudah mendapati istri saya sudah dalam keadaan terlentang di kamar mandi,” tutur Andreas, saat ditemui wartawan koran ini di rumah duka di Kinilow.

Lanjutnya, usaha penyelamatan sempat dilakukan dengan melarikan korban ke RS Bethesda. Namun sayang nyawa korban sudah tak terselamatkan. “Mungkin ini jalan Tuhan. Memang istri saya mengidap penyakit darah tinggi. Bahkan hari Sabtu 10 Juli, sempat dirawat di rumah sakit,” ungkapnya. Korban sendiri meninggalkan seorang suami dan empat orang anak masing-masing Dian, Deby, Jenny, dan Hellen.

Di sisi lain, Kadiknaspora Tomohon Drs Wendy R Karwur yang didampingi Kepala Bidang Pemuda Diknaspora Tomohon Edison Mamuaja SPd mengatakan, sekolah akan diliburkan sesuai surat dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tentang peningkatan status kegiatan gunung Lokon, guna keselamatan guru dan pegawai serta siswa. Sebab itu, Pemkot melalui Diknaspora Tomohon mengimbau kepada sejumlah Kepala Sekolah meliburkan siswanya.

Diantaranya SMA Lokon, SMA Seminari, SMP Negeri 2 Tomohon, SD Katolik Kakaskasen, SD Katolik Kinilow, SD Inpres Kinilow, SD GMIM Kinilow, dan Sekolah MI/MTS/MA Kinilow. “Diimbau kepala sekolah dapat meliburkan sekolah, sementara lokasi sekolah dievakuasi, ketika sudah dinyatakan aman kembali buka sekolah,” kunci Mamuaja.

WARGA MULAI INGIN PULANG
Sementara itu, berdasarkan pantauan wartawan harian Koran ini di lokasi pengungsian di SMK Kristen Tomohon, para pengungsi terlihat tak melakukan aktivitas apa-apa. Mereka terlihat hanya duduk-duduk di depan kelas yang dijadikan kamar sementara. Di lapangan terlihat sekelompok anak muda sedang berolahraga bermain basket. Sebagian dari mereka mengaku mulai tak betah di lokasi pengungsian karena harus kembali bekerja.

“Sebenarnya jika sudah diijinkan pemerintah, kami ingin sekali pulang ke rumah, karena dengan mengungsi kita tak bisa bekerja untuk kebutuhan keluarga,” ujar Isak Saleha (43), warga Kinilow yang mengaku berprofesi sebagai petani.

Mereka juga mengaku sudah terbiasa dengan aktivitas Lokon. “Kita sebenaranya sudah terbiasa dengan keadaan ini karena hampir setiap tahun semburan abu dari gunung sudah kita rasakan. Tapi penanganannya tidak seperti sekarang ini,” jelasnya.

Joula, warga Kinilow I, juga mengaku ingin cepat pulang ke rumahnya. Apalagi anak-anaknya mulai pekan depan sudah harus masuk sekolah. “Kita tak bisa berbuat apa-apa. Yang ada malah anak-anak kami bisa menderita penyakit karena hanya tidur di atas lantai. Apalagi makan tidak teratur, kami hanya dijatah nasi bungkus sehari dua kali,” urainya.

Berdasarkan pantauan rumah-rumah warga yang ditinggalkan kosong di Kelurahan Kinilow, Kinilow I dan Kakaskasen I, terlihat tertutup rapat. Tak ada aktivitas berarti. Namun begitu masih ada warga yang memilih untuk tetap bertahan di rumahnya. ‘’Hampir setiap tahun kejadian seperti ini ada. Jadi kami sudah tidak terkejut dengan Lokon,” ujar Arnold di Kinilow 1.

Sejumlah Hansip terlihat berpatroli mengawasi rumah-rumah warga yang ditinggalkan kosong. Hingga sekira pukul 15.30 Wita sore kemarin, gunung Soputan terlihat masih mengeluarkan asap hitam namun tak begitu lama sekira 5 menit kembali normal dan mengeluarkan asap berwarna putih.

Keadaan Kota Tomohon sendiri pada umumnya terlihat normal. Aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa. Hanya saja sesekali terdengar raungan sirine mobil SAR yang cukup menimbulkan kepanikan warga. (vip/ayi)